KLATEN - Menyambut HUT ke-78 TNI, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan di wilayah lereng gunung merapi Kodim 0723/Klaten relawan dan masyarakat serta instansi terkait melaksanakan kegiatan karya bakti dengan sasaran pembersihan Tugu Monumen Markas Besar Komando Djawa (MBKD) dan pembersihan Masjid Al-Ikhlas di desa Kepurun Kec. manisrenggo Kab. Klaten. Senin (01/10/23)
Kepala Staf Kodim 0723/Klaten Mayor Cba Joko Prasetyo mengatakan kegiatan karya bakti dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke - 78 TNI dalam pelaksanaan karya bakti, para prajurit TNI dan masyarakat tampak antusias bergotong-royong memungut sampah dan mengecat pagar Monumen serta membersihkan masjid.
Monumen MBKD ini didirikan sebagai penghormatan terhadap kegigihan para pahlawan dimana di tempat ini dulunya sebagai markas besar dalam menyusun strategi dan kekuatan untuk melakukan serangan dan pertempuran di Jogjakarta serta merupakan tugu peringatan rakyat semesta untuk memperingati keberhasilan perang dalam menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia
Sementara itu Sukadi kepala Desa Kepurun mengatakan banyak orang yang menganggap Tugu MBKD hanyalah sebuah tugu biasa, namun sesungguhnya tugu ini merupakan simbol dari kekuatan rakyat untuk mengusir penjajah di indonesia khususnya pertempuran di Jogjakarta.
Tugu peringatan perang rakyat semesta ini dibangun atas prakarsa Yayasan 13-12-1948 untuk memperingati keberhasilan rakyat semesta dalam menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca juga:
Kasad: Jangan Ragu Bertindak Tegas
|
Hingga saat ini setiap tahun diadakan napak tilas jalan Klaten – Kepurun sekitar 25 Km dengan start dari Kantor Pemerintah Kabupaten Klaten dan finish di Monumen MBKD Kepurun Manisrenggo.
“Untuk itu, kita bersama-sama menumbuh dan kembangkan semangat gotong-royong yang diwariskan oleh nenek moyang kita untuk kepentingan bersama, ” ungkapnya.
Sukadi menjelaskan Desa Kepurun, Klaten, pernah menjadi Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di era perang kemerdekaan 1948-1949. Di desa tersebut Kolonel Abdul Haris (AH) Nasution mengkoordinir pasukan TNI menghadapi Agresi Militer Belanda di Jogja.
“Saat itu Pak Nasution dari Jawa Timur hendak kembali ke Ibu Kota Yogyakarta akhir 1948 tapi Belanda sudah menduduki Yogyakarta. Kemudian berhenti di Prambanan dan singgah di Desa Taskombang lalu pindah bermarkas di rumah Kades Kepurun pertama Parto Harjono almarhum, ” jelas Kades Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, Sukadi
Menurut Sukadi, Nasution bermarkas di desanya sekitar delapan bulan. Saat Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogja, koordinasi juga dilakukan dari Kepurun.
“Jadi perintah Serangan Umum 1 Maret 1949 dikoordinasikan dari Kepurun yang menjadi Markas Besar Komando Djawa. Termasuk serangan gerilya di kota lain, seperti Ambarawa, ” jelas Sukadi. (Red)